BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak
dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun swasta.
Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit secara kecil-kecilan. Hal
ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia.
Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit
terbesar di dunia, tentu orang-orang yang mengelolanya, mulai dari pembibitan,
penanaman sampai ke teknik pengelolahan hasil panen harus berlaku profesional.
A. Sejarah Penyebaran
Tanaman Kelapa Sawit
Pada awalnya bangsa Portugis mengenal tanaman kelapa sawit saat
melakukan perjalanan ke Pantai Gading (Ghana). Mereka heran ketika menyaksikan
penduduk setempat menggunakannya untuk memasak dan sebagai bahan kecantikan.
Tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan daerah-daerah lain di Asia sebagai
tanaman hias sekitar tahun 1848. Daerah pertama di Indonesia yang diketahui
sangat cocok untuk membudidayakan tanaman kelapa sawit ini adalah Sumatera
Utara.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh beberapa
perusahaan perkebunan kelapa sawit. Di pulau Sumatera saja hingga tahun 1920
sudah puluhan perusahaan perkebunan yang menanam kelapa sawit. Masa suram bagi
tanaman kelapa sawit sempat terjadi pada waktu penjajahan Jepang, yang
mengakibatkan kebun kelapa sawit diganti dengan tanaman pangan. Hal itu
menyebabkan pabrik-pabrik pengolahan tidak lagi berproduksi.
Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk
tanaman kelapa sawit. Upaya perluasan perkebunan komoditas kelapa sawit
dilaksanakan dengan jangkauan daerah penanaman meluas ke luar dari daerah serta
kelapa sawit sebelumnya, yaitu dengan membangun perkebunan-perkebunan baru di Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua. Data menunjukkan kecendrungan peningkatan luas areal
perkebunan kelapa sawit, khususnya perkebunan rakyat.
BAB II
1.2 Manajemen Panen Kelapa Sawit
Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan
produksi kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya produksi
serendah mungkin, menjaga perkebunan beserta infrastrukturnya dengan
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan secara sosial dapat
dipertangung-jawabkan, mempertahankan produktivitas tinggi secara
berkesinambungan dalam beberapa generasi pertanaman serta mempertahankan
kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Tahapan akhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit adalah panen
tandan buah segar (TBS) yang menjadi salah satu kunci penentu produktivitas
kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit ditentukan oleh seberapa banyak
kandungan minyak yang diperoleh dan seberapa baik mutu minyak yang dihasilkan.
Hasil minyak yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu
diantaranya adalah tata cara panen kelapa sawit.
Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana manajemen panen
kelapa sawit agar diperoleh tingkat produktivitas yang tinggi.
A. Identifikasi Tanaman
Siap Panen
Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan
penting dan merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat
panen adalah indikator akan dimulainya pengembalian inventasi yang telah
ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan baik akan
diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman mampu bertahan
dalam umur yang panjang.
Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya
akan
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara pemananen.
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara pemananen.
Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya
produksi dan pendeknya usia ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus
dilakukan dengan tepat agar tanaman tetap berproduksi baik dan diperoleh mutu
yang baik. Selain itu setelah panen harus segera dilakukan penanganan pasca
panen menginggat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami penurunan mutu
dalam waktu 24 jam setelah panen.
Pertanyaan yang pertama kali muncul dalam benak pemilik kebun
kepala sawit adalah kapan panen pertama/perdana dilakukan agar segera diperoleh
hasil (baca uang) dan tidak merusak tanaman kelapa sawit. Penentuan panen
pertama secara umum dilakukan berdasarkan umur tanaman dan dikoreksi melalui
performa tanaman. Hal ini bermakna meskipun tanaman telah memiliki umur yang
cukup untuk menghasilkan tandan buah sawit, tetapi bilamana performa tanaman,
khususnya bonggol dan ukuran tandan buah terlaku kecil (kurang ari 3 kg) maka
umur pertama panen di tunda dengan membuang bunga dan bakal buah yang ada.
Kelapa Sawit sudah mulai berbunga, tetapi tandan buah segar yang
dihasilkan belum mencapai 3 kg sehingga tanaman belum dapat dikategorikan
sebagai tanaman menghasilkan. Bilamana performa/penampilan bonggol batang belum
cukup kekar tetapi sudah berbunga, maka pada tanaman tersebut harus diablasi
yaitu pembuangan bunga untuk membuang tandan kecil (kurang dari 3 kg) pada
tanaman baru berbuah dan untuk mendorong pertumbuhan tanaman agar diperoleh
pertumbuhan tanaman yang seragam. Secara normal kelapa sawit yang tumbuh subur
sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5
tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun
jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen
pada umur 2,5 tahun.
B. Identifikasi Tandan
Buah Masak
Jumlah dan mutu minyak
yang dihasilkan kelapa sawit bergantung
dari
berbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan buah
pada saat dipanen dan penangananya sampai di PKS. Panen harus
menghasilkan tandan buah segar pada kematangan optimal, pemanenan
pada tandah buah mentah (belum optimal) cenderung akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan, dan sebaliknya pemanenan
yang terlalu matang dan penanganan yang lambat atau busuk akan
menghasilkan minyak dengan kandungan Free Fatty Acid (asam lemak bebas) yang tinggi.
berbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan buah
pada saat dipanen dan penangananya sampai di PKS. Panen harus
menghasilkan tandan buah segar pada kematangan optimal, pemanenan
pada tandah buah mentah (belum optimal) cenderung akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan, dan sebaliknya pemanenan
yang terlalu matang dan penanganan yang lambat atau busuk akan
menghasilkan minyak dengan kandungan Free Fatty Acid (asam lemak bebas) yang tinggi.
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22
tandan/tahun. Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun
menjadi 12 14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam satu tandan
tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya. Jumlah
buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Matang panen
kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual
dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan
secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan
kandungan asam lemak bebas yang minimal.
Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya
buah. Kriteria tandan buah yang masak pada tanaman muda dan tanaman
menghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman muda yang baru pertama kali dipanen,
kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 brondolan per tandan perlu digunakan
mengingat tandan masih kecil dan cepat masak. Standar ini harus disesuaikan
berdasarkan kondisi iklim setempat dan pengalaman pekerja. Ciri tandan matang
panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya
kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang
beratnya 10 kg atau lebih.
Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah
membrondol (jatuh di piringan). Secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah
mencapai 3 kg. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen
tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan
kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan
sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada
setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.
Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan
buah sudah mencapai fraksi kematangan 1–3 dimana persentase buah luar yang
jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis sistem panen, yaitu sistem giring dan
sistem tetap.
C. Persiapan Panen
Teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak
maksimum dengan kualitas yang paling baik. Untuk mencapai maksud ini perlu
kematangan buah yang optimum, selang panen yang tepat, metode pengumpulan buah,
dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit.
Aspek yang paling penting diperhatikan dalam panen dan
pengangkutan buah adalah hal-hal yang mempengaruhi kualitas akhir dari minyak
sawit, khususnya menyangkut kadar asam lemak bebas. Jadi, untuk mendapatkan
hasil panen yang berkualitas tinggi sebaiknya dibuat persiapan panen yang baik.
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah
umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penerbukan.
Agar panenan berjalan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus dipersiapkan
dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk memudahkan
pengangkutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Para pemanen juga harus mempersiapkan
peralatan yang akan digunakan. Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan
beberapa ketentuan umum agar tandan buah segar (TBS) yang dipanen sudah matang,
sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu baik.
D. Kriteria Tanaman Menghasilkan
Agar tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat digolongkan menjadi
tanaman menghasilkan (TM), maka perlu diperhatikan kriteria berikut.
a) Kerapatan panen telah mencapai
60% atau lebih
b) Bobot tandan rata-rata lebih
berat daripada 3 kg.
c) Angka sebaran panen lebih
banyak daripada 5.
1. Kerapatan
Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon yang
memiliki tanda buah yang sudah matang panen dalam suatu areal pertanaman belum
menghasilkan (TBM). Untuk mengetahui kerapatan panen tersebut, maka dilakukan
pemeriksaan dan pencatatan jumlah pohon yang sudah memiliki tandan buah matang
panen dari setiap petak tanaman yang terdapat dalam areal TBM tersebut. Bila
terdapat lebih dari 60% atau lebih pohon yang mempunyai tandan matang panen, maka
petak tersebut dinyatakan menjadi tanaman menghasilkan (TM).
2. Bobot rata-rata tandan
Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara acak dari
setiap hektar tanaman kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah lebih dari
3 kg maka panenan dapat dilakukan dan diteruskan dengan pemeriksaan penyebaran
panen. Bila bobot rata-rata tandan masih di bawah 3 kg, panen harus
ditangguhkan, karena tandan kecil secara teknik tidak dapat diolah pabrik
sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis.
Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan
kelapa sawit adalah bila sudah ada 2 brondolan (buah yang lepas dari tandannya)
untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu brondolan
untuk tiap kilogram tandan beratnya lebih dari 10 kg. Melihat adanya brondolan
yang jatuh ke piringan, maka panenan dapat dilakukan.
3. Kerapatan sebaran panen
Kerapatan sebaran panen adalah angka yang menyatakan jumlah
pohon yang telah memiliki tandan matang panen dalam baris tanaman pada satu
petak (blok) tanaman sawit. Angka ini penting diketahui untuk efisiensi
pemanenan, karena menyangkut jarak (ruang) dan waktu yang dibutuhkan untuk
memanen.
E. Derajat
Kematangan Buah
Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak
tandan. Untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah
ekstraksi. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi
oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi
merah oranye hingga terjadi kematangan penuh.
1. Kriteria matang panen
Faktor yang vital adalah konversi karbohidrat menjadi minyak di
mesokrap berlangsung pada stadia akhir perkembangan buah. Seminggu sebelum
masak hanya 80% minyak dari potensi total minyak dalam mesokrap, sintesis
minyak berlangsung terus sebelum buah tanggal dari tandan (membrondol).
Penurunan atau peningkatan yang nyata dari kandungan minyak setelah buah
membrondol dan sebelum membusuk ditandai oleh perubahan ciri-ciri jaringan
mesokrap.
Gambar 1. Kriteria matang yang siap dipanen
Kadar minyak tertinggi terdapat pada saat buah membrondol,
seyogianya untuk mengoptimalkan hasil adalah mengutip buah yang membrondol,
tetapi hal ini tidak praktis dan tidak ekonomis, karena tandan buah akan matang
keseluruhannya selama 15 hari sesudah brondolan pertama. Karena tandan kecil
yang lebih cepat membrondol daripada tandan yang besar. Maka jika panenan
ditunggu hingga semua atau hampir semua buah membrondol, pembusukan buah yang
terlebih dahulu masak mulai terjadi dan dapat menurunkan kualitas dan
kuantitas. Di sisi lain, jika pemanenan dilakukan sejak buah yang pertama
membrondol, maka kadar asam lemak bebas (ALB) rendah pada minyak maupun inti.
Gambar 2. Brondolan
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak
bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabilan pemanenan buah dilakukan
dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung asam lemak
bebas (ALB) dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, bila pemanenan
dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALBnya rendah, rendemen
minyak yang diperoleh juga rendah.
Gambar 3. Buah sawit siap panen
Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tingkatan dari tandan
buah segar (TBS) yang dipanen. Tingkatan TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu
panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan.
Tabel. Tingkatan TBS yang dipanen
Tingkat
|
Jumlah Brondolan
|
Kematangan
|
0.
1.
2.
3.
4.
5.
|
1-12,5% buah luar membrondol
12,5-25% buah luar membrondol
25-50% buah luar membrondol
50-75% buah luar membrondol
75-100% buah luar membrondol
Buah dalam juga membrondol, dan
ada buah yang busuk
|
Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang II
Lewat matang I
Lewat matang II
|
Sumber: Pusat Penelitan Marihat, 1983
Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut di atas,
maka derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada
tingkat 1,2, dan 3.
Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang
panen dan terkumpulnya brondolan serta pengangkutan yang lancar, maka dalam
suatu panenan akan diperoleh komposisi tingkat tandan segar sebagai berikut.
1) Jumlah brondolan di
pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.
2) Tandan yang terdiri
atas tingkat kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.
3) Tandan yang terdiri
atas tingkat kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.
4) Tandan yang terdiri
atas tingkat kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.
Untuk memperoleh tingkat kematangan tandan perlu diatur
frekuensi panen atau putaran panen di suatu kebun. Dalam keadaan yang tidak
terhindarkan, dapat saja hasil panenan dari tingkat kematangan tandan yang
lebih tinggi, sehingga komposisi tandan buah segar (TBS) dengan tingkat
kematangan (3 dan 4) : 65%, mulai matang (2) : 20%, dan lewat matang (5) : 15%.
Dengan komposisi demikian akan diperoleh produksi minyak maksimum dengan biaya
minimum dan asam lemak bebas (ALB) masih berada di bawah 5%.
2. Frekuensi panen
Untuk memperoleh keseragaman kematangan pada standar yang
dikehendaki, maka suatu areal pertanaman harus dipanen setiap hari. Karena hal
seperti ini tidak ekonomis, maka perlu diadakan putaran atau rotasi panen.
Untuk menentukan selang atau interval panen yang tepat perlu
dievaluasi kekurangan setiap panen serta kualitas dan kuantitas maksimum.
Sebaiknya memanen tidak perlu terlalu singkat dan terlalu lama untuk memperoleh
kuantitas dan kualitas hasil serta biaya panen yang optimal. Umumnya putaran
panen yang dianjurkan adalah 7-10 hari. Jika selang waktu kurang dari 7 hari,
banyak buah kurang matang; tetapi jika selang waktu lebih dari 10 hari, maka
banyak buah kelewat matang; sehingga tandan buah segar tidak merata matangnya.
BAB III
1.3 Pengolahan Hasil Panen
Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang
harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak
kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung
cukup panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik
pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya.
Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah:
1) Minyak sawit yang merupakan
hasil pengolahan daging buah,
2) Minyak inti sawit yang
dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.
A. Pengangkutan TBS ke
Pabrik Pengolahan
Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut
ke pabrik dapat segera diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah akan
mengalami kerusakan atau akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas
tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak baik terhadap kualitas minyak yang
dihasilkan.
Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas
adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dan
menggunakan alat angkut yang baik, seperti lori, traktor gandengan, atau truk.
Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat, dan tidak terlalu banyak
membuat guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini untuk menjaga agar perlukaan
pada buah tidak terlalu banyak.
TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus
secepat mungkin masuk pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan
sekecil mungkin, yaitu tahap perebusan atau sterilisasi tanda buah. Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang dari
ekstraksi daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah penting adalah minyak inti sawit atau
kernel yang juga diperoleh dengan cara ekstraksi.
Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.
Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelpas buah, dilumatkan didalam digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.
Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Perebusan (sterilisasi) TBS
TBS yang masuk kedalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizaer. Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130o C selama 50-60 menit. Tujuan perebusan TBS adalah:
Menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid
Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air
Mempermudah perontokan buah
Melunakkan buah sehuingga mudah diekstraksi
2. Periontokan buah
Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dengan menggunakan mesintresher. Tandan kosong disalurkan ke temapat pembakaran atau digunakan sebagai bahan pupuk organic. Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa kemesin pelumatan. Selama proses perontokan buah, minyakl dan kernel yang terbuang sekitar 0,03%
3. Pelumatan buah
Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalamsteam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu didalam steam jacket sekitar 85-90oC.
Tujuan dari pelumatan buah adalah:
Menurunkan kekentalan minyak
Membebaskan sel-sel yang mengandungb minyak dari serat buah
Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp
4. Pengempaan (ekstraksi minyak sawit).
Proses pengempaanb bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat didalam ampas. Proses pengempaan dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu 95oC. Selain itu proses ekstraksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut dan tekanan hidrolis.
5. Pemurnian (klarifikasi minyak )
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air ekitar 40-45% air. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Presentase minyak sawit yang dihasilkan dalam oproses pemurnian sekitar 21%. Proses pemurnian minyak kelap sawit terdiri dari beberapa tahapan yaitu
a. pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)
prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air.
b. Sentrifugasi minyak
dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifugasi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari0,01%
c. Pengeringan hampa
Dalam tahap ini kadar air diturunkan sampai 0,1%. Proses penngeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95oC dan tekanan-75cmHg.
d. Pemurnian minyak dengan tangki lumpur
Proses pemurnian didalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur.
e. Strainer
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah halus
f. precleaner
proses precleaner bertujuan untuk memisahkan pasir pasir harus dari sludge.
g. Sentrifugasi lumpur
Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
h. Setrifugasi pemurnian minyak
Tahap ini hampir sama dengan sentrifugasi lumpur, hanya putaran sentrifugasi lebih cepat.
Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.
Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelpas buah, dilumatkan didalam digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.
Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Perebusan (sterilisasi) TBS
TBS yang masuk kedalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizaer. Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130o C selama 50-60 menit. Tujuan perebusan TBS adalah:
Menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid
Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air
Mempermudah perontokan buah
Melunakkan buah sehuingga mudah diekstraksi
2. Periontokan buah
Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dengan menggunakan mesintresher. Tandan kosong disalurkan ke temapat pembakaran atau digunakan sebagai bahan pupuk organic. Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa kemesin pelumatan. Selama proses perontokan buah, minyakl dan kernel yang terbuang sekitar 0,03%
3. Pelumatan buah
Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalamsteam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu didalam steam jacket sekitar 85-90oC.
Tujuan dari pelumatan buah adalah:
Menurunkan kekentalan minyak
Membebaskan sel-sel yang mengandungb minyak dari serat buah
Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp
4. Pengempaan (ekstraksi minyak sawit).
Proses pengempaanb bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat didalam ampas. Proses pengempaan dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu 95oC. Selain itu proses ekstraksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut dan tekanan hidrolis.
5. Pemurnian (klarifikasi minyak )
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air ekitar 40-45% air. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Presentase minyak sawit yang dihasilkan dalam oproses pemurnian sekitar 21%. Proses pemurnian minyak kelap sawit terdiri dari beberapa tahapan yaitu
a. pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)
prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air.
b. Sentrifugasi minyak
dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifugasi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari0,01%
c. Pengeringan hampa
Dalam tahap ini kadar air diturunkan sampai 0,1%. Proses penngeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95oC dan tekanan-75cmHg.
d. Pemurnian minyak dengan tangki lumpur
Proses pemurnian didalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur.
e. Strainer
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah halus
f. precleaner
proses precleaner bertujuan untuk memisahkan pasir pasir harus dari sludge.
g. Sentrifugasi lumpur
Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
h. Setrifugasi pemurnian minyak
Tahap ini hampir sama dengan sentrifugasi lumpur, hanya putaran sentrifugasi lebih cepat.
b)
Pemberian merek: nama barang jenis mutu, identitas penjual, produce of
Indonesia, berat bersih, nomor karung, identitas pembeli,
pelabuhan/negara tujuan.
B. Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang
sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak
sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan
kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak
sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan
farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki
keuntungan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut
antara lain:
1. Menjadi sumber minyak
nabati termurah karena efisiensi minyak kelapa sawit ini tinggi;
2. Dibanding minyak lainnya,
minyak kelapa sawit mempunyai produktivitas yang tinggi;
3. Dibanding minyak nabati
lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai manfaat yang lebih luas, baik pada
industri pangan, maupun pada industri non pangan;
4. Kandungan gizi minyak
kelapa sawit lebih unggul daripada minyak nabati lainnya.
C. Perdagangan Kelapa
Sawit
Kelapa sawit merupakan
minyak nabati yang penting, di samping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga
matahari, dan sebagainya. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas
perdagangan yang menjanjikan. Minyak kelapa sawit mampu menghasilkan berbagai
hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia, seperti minyak goreng, mentega,
sabun, kosmetik, dan lain sebagainya.
Minyak kelapa sawit yang
mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam proses selanjutnya akan
menghasilkan fraksi olein,stearin, dan fatty acid. Olein dipergunakan
untuk pembuatan minyak goreng, stearin digunakan untuk
pembuatan mentega, sedangkan fatty acid dalam pengembangannya
dapat digunakan sebagai bahan dasar oleokimia.
Tanaman kelapa sawit
merupakan komoditi yang sangat menguntungkan, sehingga perluasan areal sangat
maju pesat. Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Sejumlah pabrik dengan kapasitas produksi minyak sawit CPO (Crude
Palm Oil) tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Pemasaran produk
kelapa sawit pada perkebunan besar negara dilakukan secara bersama melalui
kantor pemasaran yang sudah ditunjuk bersama, sedangkan untuk perkebunan besar
swasta, pemasaran dilakukan oleh masing-masing perusahaan. Pada umumnya
perusahaan besar, baik negara maupun swasta menjual produk kelapa sawit dalam
bentuk olahan, yaitu minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO).
Penjualan langsung kepada eksportir ataupun ke pedagang atau industri dalam
negeri.
Perkebunan kelapa sawit
yang dikelola oleh rakyat yang hasil produksinya terbatas, penjualan sulit
dilakukan apabila ingin menjualnya langsung ke industri pengolah. Oleh karena
itu, petani harus menjualnya melalui pedagang tingkat desa atau melalui KUD,
kemudian berlanjut ke pedagang besar hingga ke industri pengolah. Penjangnya
rantai pemasaran hasil perkebunan rakyat ini menyebabkan tingkat keuntungan
yang diperoleh para petani relatif kecil.
D. Prospek
Budidaya Kelapa Sawit
Permintaan yang cenderung
terus meningkat menyebabkan harga minyak sawit dalam negeri pun terus
menunjukkan peningkatan, walaupun perlu diperhatikan bahwa harga minyak sawit
dalam negeri sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama harga minyak
goreng dari bahan lain di dunia.
Produksi minyak kelapa sawit (CPO) di dalam
negeri diserap oleh industri pangan, terutama industri minyak goreng dan
industri nonpangan seperti industri kosmetik dan farmasi. Potensi pasar yang
lebih besar dipegang oleh industri minyak goreng. Potensi tersebut terlihat
dari semakin bertambahnya jumlah penduduk yang membutuhkan minyak goreng dalam
proses memasak bahan pangannya.
Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas
perdagangan yang sangat menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini
tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan
manusia seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, tetapi juga menjadi
subtitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan
minyak bumi.
BAB IV
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai bahan kajian
siswa SMK Negeri 1 Tomoni mengenai panen dan penanganan pasca panen pada
tanaman kelapa sawit.
2. Sebagai cara untuk
mempelajari berbagai cara panen dan penanganan pasca panen pada tanaman kelapa
sawit.
KESIMPULAN
Setelah ditinjau dari pembuatan makalah ini, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
2. Tanaman kelapa sawit
merupakan tanaman yang dibudidayakan yang memerlukan kondisi lingkungan yang
baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal.
3. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah.
Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah
faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknolgi.
4. Untuk teknik panen yang
baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak yang maksimum dengan kualitas
yang paling baik.
5. Buah yang dipanen itu
harus mencapai optimum kematangannya dengan selang panen yang tepat, sesuai
kriteria matangnya dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah
sawit.
6. Rendemen minyak (RM) yang
diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana
buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga kematangan penuh.
7. Hasil panen dari kebun
merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik
pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sait yang bermutu tinggi
DAFTAR PUSTAKA
http://hendrasagio.blogspot.com/2010/10/blog-post.html. Diakses pada tanggal 20
Maret 2012.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2122285-panen-kelapa-sawit/. Diakses pada tanggal 22
Maret 2012.
http://isroi.com/2009/07/29/foto-foto-sawit/. Diakses pada tanggal 20
Maret 2012.
http://kabarsawit.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 20
Maret 2012.
http://rony-bujangjumendang.blogspot.com/2012/01/manajemen-panen-kelapa-sawit-tujuan.html. Diakses pada tanggal 22
Maret 2012.
http://sawitgembala.blogspot.com/2010/08/kegiatan-panen-buah-segar-kelapa-sawit.html. Diakses pada tanggal 22
Maret 2012.
http://sawitku.wordpress.com/2009/10/31/berbagai-hasil-olahan-dari-kelapa-sawit/. Diakses pada tanggal 20
Maret 2012.
http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/09/kelapa-sawit-butur-untuk-kepentingan.html. Diakses pada tanggal 20
Maret 2012
Daftar
isi
BAB I
1.1 latar
belakang……………………………………………………………………………………
A.
sejarah
penyebaran kelapa sawit………………………………………………………………..
BAB
II
1.2Manajemen panen kelapa
sawit………………………………………………………………….
A. Identifikasi tanaman siap panen…………………………………………………………………
B.
Identifikasi tandan buah
masak…………………………………………………………………
C. Persiapan
panen………………………………………………………………………………….
D. Kriteria tanaman
menghasilkan………………………………………………………………….
E. Derajat kematangan
buah………………………………………………………………………...
BAB
III
1.3 pengelolahan hasil
panen………………………………………………………………………..
A.
pengangkutan
TBS ke pabrik pngolahan…………………………………………………..
B.
produk
kelapa sawit dan hasil pengelolahannya……………………………………………
C.
Perdagangan
kelapa sawit…………………………………………………………………..
D.
Prospek
budidaya kelapa sawit…………………………………………………………….
BAB IV
Tujuan…………………………………………………………………………………………….....
Kesimpulan………………………………………………………………………………………….
Daftar pustaka……………………………………………………………………………………….
Kata
pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan yang
Maha Esa Karena dengan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya lah sehingga kami mampu
menyusun dan menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul
PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN
KELAPA SAWIT
Di harapkan setelah teman-teman
membaca makalah yang kami buat ini teman-teman sekalian di harapkan bisa
menambah pengetahuan tentang proses
panen dan pasca panen tanaman kelapa sawit yang sebagai mana sering kita
jumpai di sekitar kita.
penulis
jufriadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar