Sabtu, 15 September 2012

makalah panen dan pasca panen tanaman kelapa sawit


BAB I
PENDAHULUAN 
1.1    Latar Belakang
Di Indonesia, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit secara kecil-kecilan. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentu orang-orang yang mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman sampai ke teknik pengelolahan hasil panen harus berlaku profesional.

 
A.       Sejarah Penyebaran Tanaman Kelapa Sawit
Pada awalnya bangsa Portugis mengenal tanaman kelapa sawit saat melakukan perjalanan ke Pantai Gading (Ghana). Mereka heran ketika menyaksikan penduduk setempat menggunakannya untuk memasak dan sebagai bahan kecantikan. Tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan daerah-daerah lain di Asia sebagai tanaman hias sekitar tahun 1848. Daerah pertama di Indonesia yang diketahui sangat cocok untuk membudidayakan tanaman kelapa sawit ini adalah Sumatera Utara.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit. Di pulau Sumatera saja hingga tahun 1920 sudah puluhan perusahaan perkebunan yang menanam kelapa sawit. Masa suram bagi tanaman kelapa sawit sempat terjadi pada waktu penjajahan Jepang, yang mengakibatkan kebun kelapa sawit diganti dengan tanaman pangan. Hal itu menyebabkan pabrik-pabrik pengolahan tidak lagi berproduksi.
Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit. Upaya perluasan perkebunan komoditas kelapa sawit dilaksanakan dengan jangkauan daerah penanaman meluas ke luar dari daerah serta kelapa sawit sebelumnya, yaitu dengan membangun perkebunan-perkebunan baru di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Data menunjukkan kecendrungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit, khususnya perkebunan rakyat.
BAB II
Description: http://habibiezone.files.wordpress.com/2010/04/busuk-tandan.jpg?w=300&h=199
   
1.2     Manajemen Panen Kelapa Sawit
Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya produksi serendah mungkin, menjaga perkebunan beserta infrastrukturnya dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan secara sosial dapat dipertangung-jawabkan, mempertahankan produktivitas tinggi secara berkesinambungan dalam beberapa generasi pertanaman serta mempertahankan kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Tahapan akhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit adalah panen tandan buah segar (TBS) yang menjadi salah satu kunci penentu produktivitas kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit ditentukan oleh seberapa banyak kandungan minyak yang diperoleh dan seberapa baik mutu minyak yang dihasilkan. Hasil minyak yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah tata cara panen kelapa sawit.
Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana manajemen panen kelapa sawit agar diperoleh tingkat produktivitas yang tinggi.

A.       Identifikasi Tanaman Siap Panen
Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah indikator akan dimulainya pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman mampu bertahan dalam umur yang panjang.
Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara pemananen.
Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya produksi dan pendeknya usia ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan dengan tepat agar tanaman tetap berproduksi baik dan diperoleh mutu yang baik. Selain itu setelah panen harus segera dilakukan penanganan pasca panen menginggat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami penurunan mutu dalam waktu 24 jam setelah panen.
Pertanyaan yang pertama kali muncul dalam benak pemilik kebun kepala sawit adalah kapan panen pertama/perdana dilakukan agar segera diperoleh hasil (baca uang) dan tidak merusak tanaman kelapa sawit. Penentuan panen pertama secara umum dilakukan berdasarkan umur tanaman dan dikoreksi melalui performa tanaman. Hal ini bermakna meskipun tanaman telah memiliki umur yang cukup untuk menghasilkan tandan buah sawit, tetapi bilamana performa tanaman, khususnya bonggol dan ukuran tandan buah terlaku kecil (kurang ari 3 kg) maka umur pertama panen di tunda dengan membuang bunga dan bakal buah yang ada.
Kelapa Sawit sudah mulai berbunga, tetapi tandan buah segar yang dihasilkan belum mencapai 3 kg sehingga tanaman belum dapat dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan. Bilamana performa/penampilan bonggol batang belum cukup kekar tetapi sudah berbunga, maka pada tanaman tersebut harus diablasi yaitu pembuangan bunga untuk membuang tandan kecil (kurang dari 3 kg) pada tanaman baru berbuah dan untuk mendorong pertumbuhan tanaman agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang seragam. Secara normal kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun.
B.       Identifikasi Tandan Buah Masak
Jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan kelapa sawit   bergantung dari
berbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan buah
pada saat dipanen dan penangananya sampai di PKS. Panen harus
menghasilkan tandan buah segar pada kematangan optimal, pemanenan
pada tandah buah mentah (belum optimal) cenderung akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan, dan sebaliknya pemanenan
yang terlalu matang dan penanganan yang lambat atau busuk akan
menghasilkan minyak dengan kandungan Free Fatty Acid (asam lemak bebas) yang tinggi.
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun. Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi 12 14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal.
Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah. Kriteria tandan buah yang masak pada tanaman muda dan tanaman menghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman muda yang baru pertama kali dipanen, kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 brondolan per tandan perlu digunakan mengingat tandan masih kecil dan cepat masak. Standar ini harus disesuaikan berdasarkan kondisi iklim setempat dan pengalaman pekerja. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.
Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah membrondol (jatuh di piringan). Secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.
Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan buah sudah mencapai fraksi kematangan 1–3 dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis sistem panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap.
C.       Persiapan Panen
Teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak maksimum dengan kualitas yang paling baik. Untuk mencapai maksud ini perlu kematangan buah yang optimum, selang panen yang tepat, metode pengumpulan buah, dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit.
Aspek yang paling penting diperhatikan dalam panen dan pengangkutan buah adalah hal-hal yang mempengaruhi kualitas akhir dari minyak sawit, khususnya menyangkut kadar asam lemak bebas. Jadi, untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas tinggi sebaiknya dibuat persiapan panen yang baik.
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penerbukan. Agar panenan berjalan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus dipersiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Para pemanen juga harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan. Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar tandan buah segar (TBS) yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu baik.
D.      Kriteria Tanaman Menghasilkan
Agar tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat digolongkan menjadi tanaman menghasilkan (TM), maka perlu diperhatikan kriteria berikut.
a)      Kerapatan panen telah mencapai 60% atau lebih
b)      Bobot tandan rata-rata lebih berat daripada 3 kg.
c)      Angka sebaran panen lebih banyak daripada 5.
1.    Kerapatan
Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon yang memiliki tanda buah yang sudah matang panen dalam suatu areal pertanaman belum menghasilkan (TBM). Untuk mengetahui kerapatan panen tersebut, maka dilakukan pemeriksaan dan pencatatan jumlah pohon yang sudah memiliki tandan buah matang panen dari setiap petak tanaman yang terdapat dalam areal TBM tersebut. Bila terdapat lebih dari 60% atau lebih pohon yang mempunyai tandan matang panen, maka petak tersebut dinyatakan menjadi tanaman menghasilkan (TM).
2.    Bobot rata-rata tandan
Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara acak dari setiap hektar tanaman kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah lebih dari 3 kg maka panenan dapat dilakukan dan diteruskan dengan pemeriksaan penyebaran panen. Bila bobot rata-rata tandan masih di bawah 3 kg, panen harus ditangguhkan, karena tandan kecil secara teknik tidak dapat diolah pabrik sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis.
Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan kelapa sawit adalah bila sudah ada 2 brondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu brondolan untuk tiap kilogram tandan beratnya lebih dari 10 kg. Melihat adanya brondolan yang jatuh ke piringan, maka panenan dapat dilakukan.
3.    Kerapatan sebaran panen
Kerapatan sebaran panen adalah angka yang menyatakan jumlah pohon yang telah memiliki tandan matang panen dalam baris tanaman pada satu petak (blok) tanaman sawit. Angka ini penting diketahui untuk efisiensi pemanenan, karena menyangkut jarak (ruang) dan waktu yang dibutuhkan untuk memanen.
 E.    Derajat Kematangan Buah
Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan. Untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga terjadi kematangan penuh.
1.    Kriteria matang panen
Faktor yang vital adalah konversi karbohidrat menjadi minyak di mesokrap berlangsung pada stadia akhir perkembangan buah. Seminggu sebelum masak hanya 80% minyak dari potensi total minyak dalam mesokrap, sintesis minyak berlangsung terus sebelum buah tanggal dari tandan (membrondol). Penurunan atau peningkatan yang nyata dari kandungan minyak setelah buah membrondol dan sebelum membusuk ditandai oleh perubahan ciri-ciri jaringan mesokrap.
Gambar 1. Kriteria matang yang siap dipanen
Kadar minyak tertinggi terdapat pada saat buah membrondol, seyogianya untuk mengoptimalkan hasil adalah mengutip buah yang membrondol, tetapi hal ini tidak praktis dan tidak ekonomis, karena tandan buah akan matang keseluruhannya selama 15 hari sesudah brondolan pertama. Karena tandan kecil yang lebih cepat membrondol daripada tandan yang besar. Maka jika panenan ditunggu hingga semua atau hampir semua buah membrondol, pembusukan buah yang terlebih dahulu masak mulai terjadi dan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas. Di sisi lain, jika pemanenan dilakukan sejak buah yang pertama membrondol, maka kadar asam lemak bebas (ALB) rendah pada minyak maupun inti.
Gambar 2. Brondolan
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabilan pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas (ALB) dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, bila pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALBnya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Gambar 3. Buah sawit siap panen
Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tingkatan dari tandan buah segar (TBS) yang dipanen. Tingkatan TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan.
Tabel. Tingkatan TBS yang dipanen
Tingkat
Jumlah Brondolan
Kematangan
0.
1.
2.
3.
4.
5.
1-12,5% buah luar membrondol
12,5-25% buah luar membrondol
25-50% buah luar membrondol
50-75% buah luar membrondol
75-100% buah luar membrondol
Buah dalam juga membrondol, dan ada buah yang busuk
Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang II
Lewat matang I
Lewat matang II
Sumber: Pusat Penelitan Marihat, 1983
Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut di atas, maka derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada tingkat 1,2, dan 3.
Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu panenan akan diperoleh komposisi tingkat tandan segar sebagai berikut.
1)        Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.
2)        Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.
3)        Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.
4)        Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.
Untuk memperoleh tingkat kematangan tandan perlu diatur frekuensi panen atau putaran panen di suatu kebun. Dalam keadaan yang tidak terhindarkan, dapat saja hasil panenan dari tingkat kematangan tandan yang lebih tinggi, sehingga komposisi tandan buah segar (TBS) dengan tingkat kematangan (3 dan 4) : 65%, mulai matang (2) : 20%, dan lewat matang (5) : 15%. Dengan komposisi demikian akan diperoleh produksi minyak maksimum dengan biaya minimum dan asam lemak bebas (ALB) masih berada di bawah 5%.
2.    Frekuensi panen
Untuk memperoleh keseragaman kematangan pada standar yang dikehendaki, maka suatu areal pertanaman harus dipanen setiap hari. Karena hal seperti ini tidak ekonomis, maka perlu diadakan putaran atau rotasi panen.
Untuk menentukan selang atau interval panen yang tepat perlu dievaluasi kekurangan setiap panen serta kualitas dan kuantitas maksimum. Sebaiknya memanen tidak perlu terlalu singkat dan terlalu lama untuk memperoleh kuantitas dan kualitas hasil serta biaya panen yang optimal. Umumnya putaran panen yang dianjurkan adalah 7-10 hari. Jika selang waktu kurang dari 7 hari, banyak buah kurang matang; tetapi jika selang waktu lebih dari 10 hari, maka banyak buah kelewat matang; sehingga tandan buah segar tidak merata matangnya.
BAB III
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1Z4OtZX_B01HVszJjwPjaLVtqq3dXtYvqIndxMhDjZ1-vdkHxm1PYpa8rn9V6hBTjZBDCKwTD0xLX314lPS9VMizIRwNzM60c4nMOUBV2_AgNY0SmGBQfOM-j1yNm1ETnIKO5t5JZ1M6p/s400/antarafoto-1210310857-.jpg
1.3       Pengolahan Hasil Panen
Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung cukup panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya.
Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah:
1)      Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah,
2)      Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.
A.       Pengangkutan TBS ke Pabrik Pengolahan
Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik dapat segera diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah akan mengalami kerusakan atau akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak baik terhadap kualitas minyak yang dihasilkan.
Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dan menggunakan alat angkut yang baik, seperti lori, traktor gandengan, atau truk. Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat, dan tidak terlalu banyak membuat guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini untuk menjaga agar perlukaan pada buah tidak terlalu banyak.
TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus secepat mungkin masuk pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan sekecil mungkin, yaitu tahap perebusan atau sterilisasi tanda buah. Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang dari ekstraksi daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah penting adalah minyak inti sawit atau kernel yang juga diperoleh dengan cara ekstraksi.

Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.
Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelpas buah, dilumatkan didalam digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.
Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Perebusan (sterilisasi) TBS
TBS yang masuk kedalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizaer. Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130C selama 50-60 menit. Tujuan perebusan TBS adalah:
Menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid
Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air
Mempermudah perontokan buah
Melunakkan buah sehuingga  mudah diekstraksi
2. Periontokan buah
Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dengan menggunakan mesintresher. Tandan kosong disalurkan ke temapat pembakaran  atau digunakan sebagai bahan pupuk organic. Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa kemesin pelumatan. Selama proses perontokan buah, minyakl dan kernel yang terbuang sekitar 0,03%
3. Pelumatan  buah
Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalamsteam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu didalam steam jacket sekitar 85-90oC.
Tujuan dari pelumatan buah adalah:
Menurunkan kekentalan minyak
Membebaskan sel-sel yang mengandungb minyak dari serat buah
Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp
4. Pengempaan (ekstraksi minyak sawit).
Proses pengempaanb bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat didalam ampas. Proses pengempaan  dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu 95oC.  Selain itu proses ekstraksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut dan tekanan hidrolis.
5. Pemurnian (klarifikasi minyak )
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air ekitar 40-45% air. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Presentase minyak sawit yang dihasilkan dalam oproses pemurnian sekitar 21%. Proses pemurnian minyak kelap sawit terdiri dari beberapa tahapan yaitu
a. pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)
prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran  minyak kasar dapat terpisah dari air.
b. Sentrifugasi minyak
dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifugasi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari0,01%
c. Pengeringan hampa
Dalam tahap ini kadar air diturunkan sampai 0,1%. Proses penngeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95oC dan tekanan-75cmHg.
d. Pemurnian minyak dengan tangki lumpur
Proses pemurnian didalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur.
e. Strainer
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah halus
f. precleaner
proses precleaner bertujuan untuk memisahkan pasir pasir harus dari sludge.
g. Sentrifugasi lumpur
Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
h. Setrifugasi pemurnian minyak
Tahap ini hampir sama dengan sentrifugasi lumpur, hanya putaran sentrifugasi lebih cepat.
b)     Pemberian merek: nama barang jenis mutu, identitas penjual, produce of Indonesia,  berat bersih, nomor karung, identitas pembeli, pelabuhan/negara tujuan.

B. Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keuntungan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut antara lain:
1.   Menjadi sumber minyak nabati termurah karena efisiensi minyak kelapa sawit ini tinggi;
2.   Dibanding minyak lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai produktivitas yang tinggi;
3.   Dibanding minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai manfaat yang lebih luas, baik pada industri pangan, maupun pada industri non pangan;
4.   Kandungan gizi minyak kelapa sawit lebih unggul daripada minyak nabati lainnya.

C.   Perdagangan Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan minyak nabati yang penting, di samping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, dan sebagainya. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang menjanjikan. Minyak kelapa sawit mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia, seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, dan lain sebagainya.
Minyak kelapa sawit yang mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam proses selanjutnya akan menghasilkan fraksi olein,stearin, dan fatty acidOlein dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng, stearin digunakan untuk pembuatan mentega, sedangkan fatty acid dalam pengembangannya dapat digunakan sebagai bahan dasar oleokimia.
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi yang sangat menguntungkan, sehingga perluasan areal sangat maju pesat. Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sejumlah pabrik dengan kapasitas produksi minyak sawit CPO (Crude Palm Oil) tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara dilakukan secara bersama melalui kantor pemasaran yang sudah ditunjuk bersama, sedangkan untuk perkebunan besar swasta, pemasaran dilakukan oleh masing-masing perusahaan. Pada umumnya perusahaan besar, baik negara maupun swasta menjual produk kelapa sawit dalam bentuk olahan, yaitu minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Penjualan langsung kepada eksportir ataupun ke pedagang atau industri dalam negeri.
Perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat yang hasil produksinya terbatas, penjualan sulit dilakukan apabila ingin menjualnya langsung ke industri pengolah. Oleh karena itu, petani harus menjualnya melalui pedagang tingkat desa atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke pedagang besar hingga ke industri pengolah. Penjangnya rantai pemasaran hasil perkebunan rakyat ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh para petani relatif kecil.
D.    Prospek Budidaya Kelapa Sawit
Permintaan yang cenderung terus meningkat menyebabkan harga minyak sawit dalam negeri pun terus menunjukkan peningkatan, walaupun perlu diperhatikan bahwa harga minyak sawit dalam negeri sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama harga minyak goreng dari bahan lain di dunia.
Produksi minyak kelapa sawit (CPO) di dalam negeri diserap oleh industri pangan, terutama industri minyak goreng dan industri nonpangan seperti industri kosmetik dan farmasi. Potensi pasar yang lebih besar dipegang oleh industri minyak goreng. Potensi tersebut terlihat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk yang membutuhkan minyak goreng dalam proses memasak bahan pangannya.
Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, tetapi juga menjadi subtitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan minyak bumi.


BAB IV
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.   Sebagai bahan kajian siswa SMK Negeri 1 Tomoni mengenai panen dan penanganan pasca panen pada tanaman kelapa sawit.
2.   Sebagai cara untuk mempelajari berbagai cara panen dan penanganan pasca panen pada tanaman kelapa sawit.
KESIMPULAN
Setelah ditinjau dari pembuatan makalah ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
2.   Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang dibudidayakan yang memerlukan kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal.
3.   Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknolgi.
4.   Untuk teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak yang maksimum dengan kualitas yang paling baik.
5.   Buah yang dipanen itu harus mencapai optimum kematangannya dengan selang panen yang tepat, sesuai kriteria matangnya dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit.
6.   Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga kematangan penuh.
7.   Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sait yang bermutu tinggi
DAFTAR PUSTAKA
http://hendrasagio.blogspot.com/2010/10/blog-post.html. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
http://isroi.com/2009/07/29/foto-foto-sawit/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
http://kabarsawit.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.










                                                       Daftar isi
 BAB I
1.1  latar belakang……………………………………………………………………………………
A.     sejarah penyebaran kelapa sawit………………………………………………………………..
BAB II
            1.2Manajemen panen kelapa sawit………………………………………………………………….
            A. Identifikasi tanaman  siap panen…………………………………………………………………
            B.  Identifikasi  tandan buah masak…………………………………………………………………
            C. Persiapan panen………………………………………………………………………………….
            D. Kriteria tanaman menghasilkan………………………………………………………………….
            E. Derajat kematangan buah………………………………………………………………………...
BAB III
1.3  pengelolahan hasil panen………………………………………………………………………..
A.     pengangkutan TBS ke pabrik pngolahan…………………………………………………..
B.     produk kelapa sawit dan hasil pengelolahannya……………………………………………
C.     Perdagangan kelapa sawit…………………………………………………………………..
D.     Prospek budidaya kelapa sawit…………………………………………………………….
BAB  IV
            Tujuan…………………………………………………………………………………………….....
            Kesimpulan………………………………………………………………………………………….
            Daftar pustaka……………………………………………………………………………………….





Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa  Karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami mampu  menyusun dan menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul
PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT
Di harapkan setelah teman-teman membaca makalah yang kami buat ini teman-teman sekalian di harapkan bisa menambah pengetahuan tentang proses  panen dan pasca panen tanaman kelapa sawit yang sebagai mana sering kita jumpai di sekitar kita.







penulis

jufriadi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar